Status Gunung Slamet yang berada di daerah perbatasan lima kabupaten,
meliputi Banyumas, Purbalingga, Pemalang, Brebes dan Tegal resmi
dinaikkan menjadi waspada (Normal I). Kenaikan status tersebut terhitung
mulai pukul 21.00, Senin (10/3).
Dalam situs vsi.esdm.go.id,
dikemukakan dari pengamatan visual yang dilakukan dari Pos pengamatan
Gunungapi (PGA) Slamet di Desa Gambuhan Pulosari Pemalang, terdeteksi
telah terjadi 441 kali gempa embusan dan 9 kali gempa vulkanik dangkal
mulai tanggal 8-10 Maret 2014. Sehubungan dengan peningkatan status
tersebut, maka Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)
akan meningkatkan pemantauan intensif.
PVMBG juga
merekomendasikan tidak diperkenankan adanya pendakian dan aktivitas lain
dalam radius 2 kilometer dari kawah Gunung Slamet. Selain itu,
masyarakat di imbau agar selalu tenang dan tidak terpancing isu-isu
erupsi Gunung Slamet. Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Purbalingga
melalui rilis yang diberikan kepada media menyatakan penghentian
pendakian untuk sementara waktu.
"Atas saran petugas pengamatan
gunung Slamet, pendakian ke puncak Gunung Slamet sementara untuk
ditutup," kata Kepala Bidang Pariwisata Dinas Kebudayaan Pariwisata
Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga, Prayitno, Senin (10/3)
malam.
Prayitno menambahkan, berdasar data di pos pendakian
Gunung Slamet di Dukuh Bambangan, Desa Kutabawa Kecamatan Karangreja
Purbalingga, tercatat ada 21 pendaki yang sedang hendak menuju puncak.
Mereka sudah berangkat Senin (10/3) pagi. Pendaki ini masing-masing
berasal dari Jakarta 10 orang, Jakarta Barat 9 orang dan 2 orang dari
Tegal. "Petugas di Bambangan sudah mencoba untuk menghubungi melalui
nomor HP yang dicatatkan di pos sesaat sebelum naik. Kami meminta mereka
untuk turun kembali," kata Prayitno.
Selain itu, ada 9 pendaki
dari Pekalongan yang hendak melakukan pendakian pada Senin (10/3) sore.
"Namun, mereka sudah kami larang dan diminta untuk menangguhkan
pendakian ke puncak Slamet," ujarnya. [Merdeka]